Mitologi Jepang

Mitologi Jepang

Futsunomitama (布都御魂)

Futsunomitama (布都御魂) adalah sejenis Pedang Totsuka yang dipegang oleh Dewa Petir Takemikazuchi (建御雷), Dewa Petir Shinto. Takemikazuchi dikirim oleh Amatsukami atau Dewa Langit (天津神) selama bertempur di Alam Tengah atau Ashihara no Nakatsukuni (葦原の中つ国) untuk menundukkan Kunitsukami (国津神).

Dalam legenda lain, Futsunomitama juga diberikan kepada Kaisar pertama Jepang, Kaisar Jimmu (神武 天皇), yang bertempur melawan monster dan dewa di Gunung Kumano. Dengannya, Kaisar Jimmu berhasil memenangkan pertempuran. Kini, Futsunomitama konon bersemayam di Kuil Isonokami di Prefektur Nara.

Kokushibo (Tsukuyomi)

Kokushibo adalah Iblis Peringkat Satu dalam Dua Belas Kizuki. Sebelumnya, Kokushibo adalah pemburu iblis bernama Michikatsu Tsugikuni yang merupakan saudara kembar dari Yoriichi. Seperti yang sudah penulis sebutkan, Kokushibo diadaptasi dari Tsukuyomi.

Tsukuyomi adalah Dewa Bulan yang merupakan saudara sekaligus suami dari Amaterasu. Diceritakan bahwa adanya siang dan malam adalah karena Tsukuyomi membunuh Dewi Makanan, Ukemochi. Setelah mendengar hal tersebut, Amaterasu sangat marah kepada suaminya dan enggan menemuinya. Tsukuyomi sangat malu kepada Amaterasu sehingga dirinya selalu bersembunyi pada siang hari.

Terinspirasi dari Tsukuyomi, Kokushibo adalah pengguna Pernapasan Bulan. Kokushibo dan Tsukuyomi juga memiliki kepribadian yang sangat mirip. Keduanya sangat taat pada prinsipnya dan mereka lebih memilih untuk membunuh orang lain daripada melanggar prinsipnya.

Baca Juga: 5 Hashira Terkuat dalam Seri Demon Slayer, Ada Jagoanmu?

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Amenonuhoko (天之瓊矛)

Dalam kepercayaan Shinto dan mitologi Jepang Kuno, Amenonuhoko (天之瓊矛) adalah tombak bertatahkan berlian yang dianugerahkan oleh Kotoamatsukami (別天神) kepada dewa Izanagi (伊 邪 那 岐) dan dewi Izanami (伊邪那美) untuk menciptakan pulau Jepang dari laut.

"Ame-no/天之" berarti "Langit" dan "Nu-hoko/瓊矛" berarti "Tombak Berlian". Biasanya, Amenonuhoko digambarkan sebagai tombak naginata (薙刀). Dikisahkan dalam Kojiki (古事記), berdiri di Jembatan antara Langit dan Bumi atau Ame no Ukihashi (天の浮橋) dengan Izanami, Izanagi mengaduk-aduk lautan dengan Amenonuhoko.

Tetesan air laut yang jatuh dari Amenonuhoko kemudian membentuk Pulau Onogoro/Onogoro-shima (淤能碁呂島), cikal bakal Jepang. Izanagi dan Izanami kemudian turun ke Pulau Onogoro dan menetap di sana.

Yoriichi Tsugikuni (Amaterasu)

Jika kamu adalah penggemar anime, kamu pastinya sudah tidak asing lagi dengan nama Amaterasu. Nama ini muncul dalam banyak anime, mulai dari Naruto hingga Fire Force. Nah, dalam Demon Slayer, sosok Amaterasu digambarkan oleh karakter Yoriichi Tsugikuni.

Dalam agama Shinto, Amaterasu adalah Dewi Matahari yang menikah dengan Tsukuyomi. Dirinya juga merupakan anak dari Izanagi dan Izanami sekaligus salah satu dari Tiga Anak Berharga bersama Tsukuyomi dan Susanoo.

Sosok Amaterasu direpresentasikan oleh Yoriichi yang merupakan pencipta teknik Pernapasan Matahari. Selain itu, Yoriichi juga memiliki saudara kembar bernama Michikatsu Tsugikuni yang terinspirasi dari Tsukuyomi. Hal ini membuat Yoriichi dan Amaterasu semakin terikat satu sama lain.

Muzan Kibutsuji (Nurarihyon)

Dalam cerita rakyat Jepang, Nurarihyon dikenal sebagai Komandan Tertinggi Yokai. Nurarihyon adalah tetua yang sangat dihormati oleh para yokai. Dirinya memiliki banyak pengikut dan semua yokai mengikuti perintahnya.

Sama seperti Nurarihyon, Muzan Kibutsuji juga ditampilkan sebagai pemimpin dari jenisnya dalam seri Demon Slayer. Muzan dikenal sebagai Raja Iblis yang mengubah semua orang menjadi iblis. Muzan juga sangat ditakuti oleh para iblis dan semua iblis mengikuti perintahnya.

Dalam mitologi Jepang, Ashura adalah Dewa Iblis yang angkuh dan sangat menyukai peperangan. Dirinya selalu merasa lebih baik dari yang lain dan selalu menyelesaikan segalanya dengan kekerasan. Ashura digambarkan memiliki tubuh yang besar dengan 6 tangan dan 3 wajah.

Sama seperti Ashura, Susamaru juga ditampilkan memiliki enam tangan. Dirinya juga merupakan iblis yang angkuh dan selalu merasa lebih baik dari yang lainnya. Susamaru sendiri adalah salah satu antagonis utama pada Asakusa arc.

Kogarasu Maru (小烏丸)

Tak kuasa melihat tentara Jepang yang terus kembali dengan pedang yang patah, ahli pedang legendaris abad ke-8, Amakuni Yasutsuna (天國 安綱), dan putranya, Amakura, kemudian menempa pedang untuk sang Kaisar dari pasir besi terbaik selama sebulan. Hasilnya adalah tachi (太刀) bernama Kogarasu Maru (小烏丸).

Bagian dari Museum Koleksi Kekaisaran Jepang saat ini, Kogarasu Maru juga diyakini sebagai salah satu pedang samurai paling awal, serta pusaka Klan Taira selama Perang Genpei (1180–1185). Legenda lain mengklaim bahwa Kogarasu Maru diberikan kepada Keluarga Taira oleh Yatagarasu (八咫烏), gagak berkaki tiga, lambang Matahari.

Totsuka no Tsurugi (十拳剣)

Senjata dewa berbentuk pedang ini amat populer di mitologi Jepang dan dunia hiburan Jepang masa kini. Totsuka no Tsurugi (十拳剣) dipakai oleh beberapa dewa utama Shinto dalam melawan musuhnya.

Jangan salah, pedang ini tidak hanya satu. Nama "Totsuka/十拳" berarti "Sepuluh Tapak" dan "Tsurugi/剣" berarti "Pedang" berarti pedang-pedang yang digunakan dewa yang panjang 10 tapak.

Pedang Totsuka paling terkenal dipakai oleh Dewa Badai Susanoo (須佐之男命) untuk membunuh ular berkepala dan berekor delapan, Yamata no Orochi (八岐大蛇), di Provinsi Izumo. Pedang Totsuka yang digunakan Susanoo kemudian dijuluki Ame no Habakiri (天羽々斬) atau "Pedang Langit Pembunuh Ular".

Ame no Makakoyumi (天之麻迦古弓)

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Diriwayatkan dalam Kojiki, selain Dewa Petir Takemikazuchi, Dewa Padi Ame no Wakahiko (天若日子) juga dikirimkan ke Bumi dengan busurnya, Ame no Makakoyumi (天之麻迦古弓) dalam peristiwa Ashihara no Nakatsukuni.

Ame no Wakahiko kemudian jatuh cinta dan menikah dengan Putri Dewa Penguasa Izumo Okuninushi (大国主), Shitateruhime (下照比売). Tak kembali selama 8 tahun, Amatsukami kemudian mengirimkan utusan bernama Nakime berupa merpati untuk melihat keadaannya.

Ame no Wakahiko marah dan memanah Nakime hingga panahnya menembus Langit. Dewa Pertanian Takamimusubi (高御産巣日神) melihat dan menangkap panah tersebut, lalu melemparkannya kembali ke Bumi. Panah tersebut membunuh Ame no Wakahiko yang sedang tidur.

Baca Juga: 5 Pedang yang Mengukir Sejarah Peradaban, Ada Nama yang Familier

Ame no Murakumo no Tsurugi (天叢雲剣)

Namanya kepanjangan? Mungkin kamu mengenal pedang ini sebagai Kusanagi no Tsurugi (草薙の剣). Sementara Ame no Murakumo no Tsurugi (天叢雲剣) memiliki arti "Pedang Langit Pemetik Awan", Kusanagi no Tsurugi memiliki arti "Pedang Pemotong Rumput"! Pedang ini masih berhubungan dengan legenda Susanoo mengalahkan Orochi.

Setelah memenggal delapan kepala Orochi, Susanoo kemudian membasmi ekornya. Saat memenggal ekor ke-4, Susanoo menemukan Pedang Kusanagi! Sang Dewa Badai kemudian menghadiahkannya ke Amaterasu.

Sekadar informasi, saat itu, Susanoo tengah diasingkan dari langit oleh Amaterasu karena merusak sawah padi dan membunuh dayangnya.

Lalu, kenapa pedang ini dijuluki "Pemotong Rumput"? Menurut legenda Jepang, Pedang Kusanagi juga dihadiahkan kepada Kaisar ke-12 Jepang dari Dinasti Yamato, Pangeran Ousu (小碓命) atau Yamato Takeru. Terjebak dalam rerumputan berapi saat bertempur, Yamato menggunakan Kusanagi untuk menebas rerumputan berapi dan memenangkan pertempuran!

Saat ini, Pedang Kusanagi disimpan di Kuil Atsuta, Nagoya, Prefektur Aichi, dan termasuk ke dalam Tiga Harta Suci Jepang atau Sanshu no Jingi (三種の神器). Konon, Pedang Kusanagi dipindahkan pada abad ke-7 Masehi ke Kuil Atsuta karena membuat Kaisar ke-40 Jepang, Kaisar Tenmu (天武天皇) jatuh sakit.

Saking sucinya, hanya Kaisar Jepang dan para rahib yang diperbolehkan melihat tiga harta suci tersebut, termasuk Pedang Kusanagi. Meskipun hadir di upacara penobatan Kaisar Jepang, Pedang Kusanagi tetap diselubungi.

Dōjigiri Yasutsuna (童子切)

Termasuk ke dalam Tenka Goken, Dojigiri (童子切) adalah pedang sepanjang 80 sentimeter dengan lengkungan 2,7 sentimeter yang ditempa oleh Hōki-no-Kuni Yasutsuna (伯耆国安綱). Pernah digunakan oleh Toyotomi Hideyoshi (豊臣 秀吉) dan Tokugawa Ieyasu (徳川 家康,) Dojigiri Yasutsuna ditahbiskan sebagai "Warisan Nasional Jepang" atau Kokuho (国宝).

Sama seperti Onikiri dan Onimaru, pedang ini mendapat reputasinya karena membunuh setan! Pedang ini digunakan oleh kepala Klan Fujiwara, Minamoto no Yorimitsu untuk membunuh guru Ibaraki, Shuten Doji (酒呑 童子). Oleh karena itu, namanya disebut Dojigiri. Sekarang, pedang ini disimpan di Museum Nasional Tokyo.

Terkenal sebagai pedang terkutuk/yōtō (妖刀) sejak abad ke-18, Muramasa (村正) sebenarnya adalah marga dari ahli pembuat pedang Jepang di Era Muromachi (1336-1573), Sengo Muramasa (千子 村正). Hidup di Kuwana, Prefektur Mie, popularitas Muramasa kemudian menjadi awal dari sekolah aliran membuat pedang Muramasa.

Bukan sembarang pedang, ketajaman produk Muramasa disukai klan Tokugawa! Malah, salah satu murid Muramasa adalah pembuat tombak Tonbogiri (蜻蛉切), salah satu dari  Tiga Tombak Jepang yang dipakai oleh tangan kanan Ieyasu, Honda Tadakatsu (本多 忠勝). Lalu, kenapa reputasinya bisa menjadi jelek?

Hampir setiap kejadian buruk menimpa klan Tokugawa melibatkan produk Muramasa. Oleh karena itu, beredarlah rumor palsu mengenai Muramasa sebagai senjata terkutuk klan Tokugawa. Sampai-sampai, pemberontak Tokugawa ikut memakai pedang Muramasa sebagai simbol!

Itulah senjata-senjata dewa ajaib dan dahsyat dari mitologi Jepang. Dari membentuk Jepang hingga menebas leher oni, senjata-senjata ini amat dahsyat sampai sulit dipercaya bisa diterima dunia!

Sudah pernah mendengar senjata-senjata tersebut? Kalau kamu suka nonton anime atau baca manga bergenre fantasy, action, atau shounen, senjata-senjata di atas kerap dijadikan referensi sebagai senjata maha dahsyat untuk protagonis dan antagonis! Dari senjata-senjata tersebut, mana yang kamu suka?

Baca Juga: Masih Tajam, 7 Pedang Samurai Paling Tua di Jepang

Nationalgeographic.co.id—Hampir setiap budaya memiliki kisah tentang pahlawan dan dewa yang telah bertempur dengan musuh yang tak terkalahkan. Mereka masing-masing memiliki senjata yang sesuai. Berikut adalah kumpulan beberapa pedang paling terkenal dari mitologi kuno dan legenda.

Gramr: pedang dari Saga Volsunga

Saga Volsunga dalam mitologi Islandia menceritakan tentang seorang prajurit bernama Sigmund. Di pesta pernikahan saudara perempuannya, Signy, Odin muncul seperti biasa dan menusukkan sebilah pedang, Gramr, ke pohon. Ia menyatakan bahwa siapa yang dapat mencabut bilah pedang itu tidak akan menemukan senjata yang lebih baik sepanjang hidupnya.

“Semua tamu mencoba dan gagal mencabut pedang itu, kecuali Sigmund,” tulis Michael Smathers di laman The Collector. Raja menginginkan pedang itu, tetapi Sigmund menolak untuk melepaskannya karena itu adalah hadiah dari Odin.

Sigmund menggunakan pedang itu dalam beberapa pertempuran hingga patah menjadi dua. Signy menyimpan dua potong pedang legendaris itu dan mewariskannya kepada putranya, Sigurd. Sigurd kemudian menjadi tokoh terkenal.

Seorang pandai besi atau prajurit kurcaci bernama Regin datang untuk tinggal bersama Sigurd untuk melatihnya. Selama waktu itu, Regin memberi tahu Sigurd tentang naga Fafnir. Regin pun memintanya untuk membunuh naga itu untuk mengambil harta karunnya. Sigurd menemukan Fafnir dan membunuhnya dengan satu tusukan.

Ada cerita lain tentang Gramr, tetapi ini adalah yang paling terkenal. Gramr telah digambarkan dengan berbagai cara. Dalam media kontemporer, biasanya digambarkan sebagai pedang besar. Gramr juga digambarkan sebagai senjata pendek seperti seax atau pedang lurus satu tangan.

Excalibur: pedang legendaris yang sangat terkenal

Arthur Pendragon, penguasa Inggris, dikatakan telah menghunus pedang legendaris ini dari batu dan landasan. Menurut legenda, banyak orang telah mencoba mencabut pedang itu dari batu namun tidak berhasil.

Karya Geoffrey dari Monmouth adalah sumber paling terkenal yang menjadi asal mula cerita modern tentang kisah Arthurian. Versi lain dari cerita tersebut menggambarkan Excalibur sebagai hadiah dari Lady of the Lake. Dan pedang di batu tersebut sebagai senjata lainnya.

Excalibur adalah pedang legendaris yang digunakan oleh Raja Arthur dalam mitologi Inggris.

Baca Juga: Beragam Makna di Balik Kisah Kotak Pandora dalam Mitologi Yunani

Di bawah bimbingan Merlin dan dengan kekuatan Excalibur, Arthur menyatukan Inggris melawan penjajah Anglo-Saxon. Arthur juga mengumpulkan sekelompok kesatria untuk membantunya memerintah. Para kesatrianya — Lancelot, Perceval, Gawain, Galahad — konon merupakan contoh dari kesatria yang sempurna.

Arthur dikisahkan melawan keponakannya Mordred di Pertempuran Camlann dan menderita luka yang mematikan. Sir Bedivere mengambil Excalibur dan mengembalikannya kepada Lady of the Lake. Dan Arthur diikat ke pulau Avalon, di mana menurut legenda ia beristirahat sampai saat Inggris sangat membutuhkannya.

Excalibur sering digambarkan sebagai pedang panjang. Namun, selama abad ke-6 ketika Raja Arthur konon hidup, kemungkinan besar ia memiliki bilah pendek. Pedang itu mirip dengan gladius Romawi.

Ame-no-Habakiri: pedang dewa badai dalam mitologi Jepang

“Pedang ini digunakan oleh dewa badai Shinto, Susano-o, saat membunuh ular Yamata-no-Orochi,” tambah Smathers.

Varian cerita yang paling umum muncul dalam Kojiki (Catatan tentang Hal-hal Kuno). Susano-o selalu iri dengan kakak perempuannya, dewi matahari Amaterasu. Suatu hari, karena kesal, ia menguliti seekor kuda. Ia melemparkan tubuh kuda itu ke alat tenun sebelum membuang kotorannya di lantai istana.

Susano-o diasingkan karena tindakan ini dan mendapati dirinya berada di Provinsi Izumo. Selama pengembaraan dewa badai, ia bertemu dengan sepasang suami istri yang sedang berduka atas penculikan putri mereka Kushinada-hime. Tujuh putri mereka yang lain telah diculik dan dimangsa.

Pelakunya tidak lain adalah ular berkepala delapan Yamata-no-Orochi, yang menuntut kurban tahunan.

Susanoo melawan ular berkepala delapan yang kerap mengganggu satu keluarga. Setelah berhasil membunuh sang naga, pedang Kusanagi muncul dari ekornya yang dipotong.

Susano-o, yang ingin menebus dosanya, setuju untuk membunuh makhluk itu. Ia memerintahkan pasangan itu untuk menyiapkan delapan tong sake terkuat. Mereka harus meletakkan tong-tong itu di atas panggung yang ditinggikan dengan delapan gerbang di sekelilingnya.

Ular itu datang dan meminum sake itu. Saat sang ular teralihkan dan terperangkap oleh delapan gerbang, Susano-o memenggal semua kepala dan ekor monster itu.

Dalam salah satu cerita ini, pedang lain disematkan: Ame-no-Murakumo (Pedang Gugusan Awan). Susano-o memberikan pedang ini kepada Amaterasu sebagai tanda rekonsiliasi. Kemudian, pedang itu berganti nama menjadi Kusanagi-no-Tsurugi.

Durendal: pedang Roland

Pedang legendaris ini menonjol dalam cerita prajurit legendaris Roland. Jenderal militer ini melayani penguasa Frank atau Lombard Charlemagne (memerintah 768 – 814 M). Perjalanannya yang paling terkenal adalah Pertempuran Roncevaux Pass pada tahun 778.

Setelah invasi Semenanjung Iberia yang gagal, Roland bertahan di garis belakang. Hal ini memungkinkan pasukan Frank mundur melalui celah tersebut. Roland diperlengkapi dengan Durendal, bilah pedang yang diresapi dengan beberapa relik suci Katolik. Relik-relik itu antara lain gigi Santo Petrus, rumbai dari kain kafan Maria, dan rambut Santo Denis.

Pedang legendaris ini dikatakan memiliki kekuatan untuk memotong batu keras. Roland membawa bilah pedang ini bersama dengan terompet sinyalnya Oliphaunt.

Harpe: pedang yang membunuh Medusa dalam mitologi Yunani

Senjata Yunani ini dimiliki oleh beberapa dewa mitologi Yunani, seperti Kronos, Zeus, dan Perseus. Pedang ini merupakan bilah pendek melengkung dengan tonjolan seperti sabit. Awalnya, Harpe digunakan oleh Kronos untuk membunuh ayahnya, Ouranos, atas kekejamannya, atas perintah Gaea.

Hal yang sama terjadi pada generasi dewa berikutnya. Kronos memakan semua anaknya, kecuali yang termuda, Zeus. Ibu Zeus, Rhea, melahirkannya secara rahasia dan meletakkan batu di kain lampin. Kronos memakan batu tersebut dan, dalam beberapa versi cerita, Zeus menggunakan Harpe untuk membelah perut Kronos. Zeus pun berhasil membebaskan kelima saudaranya, yang menjadi dewa-dewi Olympus. Sementara itu, Kronos dan para titan lainnya dibuang ke Tartarus.

The Metropolitan Museum of Art

Perseus memenggal kepala Medusa dalam mitologi Yunani kuno.

Kemudian, putra Zeus, Perseus, mengambil Harpe. Setelah menemukan Medusa si Gorgon, Perseus memenggal kepala monster itu dengan pedang legendaris yang terbuat dari adamantine.

Beberapa patung menggambarkan Harpe sebagai pedang lurus dengan tonjolan seperti sabit. Sedangkan yang lain menggambarkannya menyerupai khopesh Mesir.

Kusanagi-no-Tsurugi: pedang pemotong rumput dalam mitologi Jepang

Pedang legendaris ini merupakan bagian dari tiga tanda kebesaran Kekaisaran Jepang. Dua lainnya adalah Yata-no-Kagami (cermin) dan Yasakani-no-Magatama (permata). Pedang ini merupakan hadiah dari Susano-o kepada Amaterasu. Amaterasu kemudian mewariskannya, beserta cermin dan permata suci, kepada cucunya, Ninigi-no-Mikoto.

Pedang tersebut (yang saat itu masih disebut sebagai Ame-no-Murakumo) diberikan kepada seorang prajurit bernama Yamato Takeru. Menurut cerita, Takeru sedang berburu. Saat itu seorang panglima perang lawan melihat kesempatan untuk membunuhnya dengan membakar rumput tinggi dan mencegahnya melarikan diri.

Kusanagi-no-Tsurugi adalah pedang legendaris di Kekaisaran Jepang. Pedang ini merupakan salah satu dari tiga Imperial Regalia dan dikatakan mewakili keberanian.

Namun, Ame-no-Murakumo memberi penggunanya kekuatan untuk mengendalikan angin. Hal ini dialami Takeru saat ia mencoba memotong rumput untuk meredakan api. Dengan ayunan yang cekatan, ia mengirimkan hembusan angin untuk mendorong api menjauh darinya dan kembali ke arah musuhnya.

Untuk mengenang prestasi ini, ia menamai pedang legendaris itu Kusanagi-no-Tsurugi atau “Pemotong Rumput”.

Baik Kusanagi-no-Tsurugi maupun Ame-no-Habakiri dikenal dalam mitologi Jepang menyerupai tsurugi atau ken, pedang bermata dua berbilah lurus. Keduanya bukan tachi atau katana yang lebih khas. Media modern sering menggambarkan senjata-senjata ini sehingga lebih menyerupai desain Jepang.

Asi: pedang legendaris Rudra dalam mitologi India

Tidak seperti kebanyakan pedang lain yang telah kita bahas di sini, Asi murni berasal dari alam mitos. Kisahnya dirinci dalam Shanti Parva dari Mahabharata dari India kuno. Sebelum manusia diciptakan, alam semesta berada dalam kekacauan — tema umum dalam banyak mitos kuno. Para dewa, atau deva, sedang berjuang melawan para setan, atau asura.

Para deva dalam keadaan yang cukup buruk, jadi mereka meminta bantuan kepada dewa tertinggi Brahma. Ia melakukan pengorbanan untuk menciptakan senjata purba yang paling hebat. Senjata itu terwujud dalam bentuk binatang bergigi silet yang bersinar lebih terang daripada benda apa pun di langit. Makhluk itu kemudian berubah menjadi pedang Asi.

Rudra, dewa badai dan salah satu avatar Siwa, mengambil pedang ini dan seorang diri mengalahkan pasukan asura. Rudra menegaskan kembali kekuasaannya atas dunia sehingga manusia dapat hidup dalam damai. Dunia pertama kali dibersihkan dalam banjir, lalu pedang Asi diwariskan ke tangan Manu, sosok yang dianalogikan seperti Nuh.

Hecate, Dewi Sihir dalam Mitologi Yunani yang Hidup di Persimpangan Jalan

Legenda atau mitologi dari Jepang menceritakan bahwa dunia dilindungi oleh para dewa yang menjaga gerbang-gerbang langit yang diumpamakan sebagai Naga (Seiryu), Burung Api (Suzaku), Kura-Kura (Genbu), dan Macan Putih (Byakko). Dari setiap wujud dewa tersebut terdapat banyak makna dan cerita bahkan dijadikan sebagai pedoman dalam zodiak dan penentu nasib karena berpatokan dengan rasi bintang.

Sebenarnya keempat dewa ini merupakan dewa dari legenda Cina kuno yang kemudian kepercayaan itu diadopsi oleh para Omnyouji Jepang. Keempat binatang dewa ini memiliki elemen dan lambang sendiri-sendiri, yaitu Api (Suzaku), Air (Seiryu), Bumi (Genbu), dan Angin (Byakko).

Suzaku The Goddes of Fire, merupakan binatang dewa berbentuk burung api, mirip dengan kepercayaan Phoenix dari barat. Suzaku memiliki warna bulu oranye kemerahan dimana warna tersebut berhubungan dengan api. Dalam bahasa Cina disebut Zhu Que, dan dalam bahasa Korea disebut Jujak.

Suzaku merupakan binatang dewa yang elegan dan mulia dalam hal penampilan dan perilaku, serta selektif dengan apa yang ia makan dan tempat bertenggernya. Suzaku adalah hewan penjaga mata angin selatan dan mengontrol elemen api. Planet yang berhubungan dengan Suzaku adalah Mars. Suzaku melambangkan kemauan dan merupakan simbol dari kesetiaan.

Seiryu dilambangkan dengan naga biru atau Azure Dragon, dalam bahasa Cina disebut Qing Longdan dalam bahasa Korea disebut Chung Ryong. Seiryu menjaga arah mata angin timur dan mengontrol elemen air. Planet yang berhubungan dengan binatang dewa ini adalah Jupiter. Musim yang melambangkan Seiryu adalah musim semi dan warna yang mencirikan dirinya adalah biru dan hijau.

Seiryu melambangkan sifat kemewahan dan kewenangan, bisa juga diartikan sebagai kekuatan yang tak ada tandingannya. Untuk menghormati Seiryu, di kuil Kiyouzumi yang terdapat di Kyoto mengadakan upacara untuk menyembah Seiryu, Naga dari timur.

Genbu adalah hewan dewa penjaga mata angin utara dan dilambangkan dengan kura-kura hitam yang memiliki ekor ular. Dalam bahasa Cina disebut Xuan Wudan dalam bahasa Korea disebut Hyunmoo.

Genbu mengontrol elemen tanah, mencerminkan musim salju dan planet yang berhubungan dengannya adalah Merkurius. Warna yang melambangkan Genbu adalah hitam. Selain itu Genbu melambangkan stabilitas, hidup panjang, kepintaran dan kesucian.

Wujud dari binatang dewa yang menjaga mata angin barat ini adalah harimau putih dan berhubungan dengan planet Venus. Di Cina ia disebut Xi Fang Bai Hu dan korea disebut Baekho.

Byakko mengontrol elemen angin dan melambangkan musim gugur, warna putih, dan para tentara yang berperang untuk negaranya. Byakko dikenal kekuatan dan keberaniannya.

Berbicara tentang hewan mitologi memang seakan tak ada habisnya. Hampir setiap negara di dunia memiliki hewan mitologi dengan legendanya masing-masing. Contohnya adalah centaurus dan pegasus yang dipercaya oleh masyarakat Yunani.

Tak berbeda dari negara lain, Jepang juga memiliki hewan mitologi. Bahkan, sebagian hewan mitologi Jepang ini dianggap bijaksana dan dipercaya bisa melindungi manusia. Intip selengkapnya di sini!

Dikenal sebagai Hōō, ini adalah hewan mitologi yang mirip burung phoenix. Tak hanya dipercaya di Jepang, tetapi juga di Tiongkok. Hewan ini adalah simbol keberuntungan, kebijaksanaan, kebajikan, kesetiaan, kebenaran, dan kesopanan.

Dilansir laman Peak Experience Japan, Hōō dianggap sebagai salah satu dewa paling kuat, simbol keabadian, dan umur panjang. Lukisan Hōō (yang diciptakan oleh pelukis terkenal Jepang, Katsushika Hokusai) dapat dijumpai di langit-langit sebuah kuil di Kota Obuse, Prefektur Nagano.

Benzaiten adalah dewi kesuburan dan aliran air Jepang. Ia adalah satu-satunya sosok wanita dalam "Tujuh Dewa Keberuntungan" (Shichi Fukujin) dari Shinto Jepang, laman Serpent Sanctum menjelaskan.

Biasanya, Benzaiten muncul dengan ular putih sebagai hiasan kepala. Ia sendiri bisa berubah wujud menjadi ular putih. Benzaiten adalah salah satu dewi paling dihormati di Jepang dan merupakan simbol dari kekayaan serta keberuntungan yang melimpah.

Inari adalah rubah Jepang perlambang kesuburan, kemakmuran, dan kesuksesan duniawi. Menurut mitos, inari (yang berwujud dewi), turun dari surga menunggangi seekor rubah putih dan membawa sereal atau biji-bijian di tangannya.

Ia dipuja dan dianggap membantu penanaman padi, karena rubah mengejar tikus yang merusak tanaman. Hewan mitologi ini dapat dijumpai di kuil Fushimi Inari di Kyoto, Jepang. Di sana, ada ribuan patung rubah yang siap menyambutmu!

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Yatagarasu adalah hewan mitologi Jepang berwujud burung gagak berkaki tiga. Menariknya, setiap kaki memiliki makna: kaki pertama melambangkan langit, kaki kedua adalah bumi, dan kaki ketiga adalah manusia.

Dikutip laman Peak Experience Japan, gagak ini membantu kaisar Jinmu menemukan jalan ke Kumano (Prefektur Wakayama) dan Yamato (Prefektur Nara). FYI, kuil Yuzuruha di Kobe, Jepang, didedikasikan untuk Yatagarasu.

Baca Juga: 10 Hewan Mitologi Aneh di Seluruh Dunia serta Kisah di Baliknya

Jika berkunjung ke Jepang, mungkin kamu akan menemui patung komainu. Patung berwujud perpaduan singa-anjing ini diletakkan di pintu masuk tempat suci sebagai penjaga. Umumnya, sepasang patung komainu diletakkan saling berhadapan atau bersebelahan.

Sepasang komainu terdiri dari laki-laki dan perempuan. Komainu jantan ditempatkan di sebelah kanan pintu masuk, mulutnya terbuka untuk mengusir roh jahat. Sementara, komainu betina di sebelah kiri dengan mulut tertutup untuk menjaga kebahagiaan.

Kirin adalah hewan mitologi berwujud rusa besar bertanduk dengan kulit bersisik seperti naga, ekor mirip lembu, tengkorak seperti serigala, dan berkuku kuda. Tak hanya Jepang, hewan serupa dipercaya di Tiongkok dan Vietnam.

Menurut kepercayaan masyarakat, kirin adalah pertanda baik, kemakmuran, serta suka berada di tempat yang damai dan terlindungi. Uniknya, kirin dijadikan sebagai merek dan logo bir Jepang yang terkenal.

Orang Jepang melihat naga sebagai sosok dermawan dan pelindung umat manusia. Naga melambangkan keberanian, kekuatan, dan kebijaksanaan. Dipercaya, legenda seputar naga berasal dari budaya Tiongkok.

Namun, naga Jepang sedikit berbeda dari naga Tiongkok. Karena Jepang adalah negara kepulauan, maka naga selalu digambarkan sebagai ular laut dan jarang ditampilkan sebagai sosok yang terbang. Selain itu, naga Jepang memiliki tiga jari di setiap tangan.

Nah, itulah 7 hewan mitologi Jepang beserta filosofinya. Menarik, kan?

Baca Juga: 7 Mitos seputar Hewan yang Paling Terkenal, namun Ternyata Keliru